Kamis, 25 November 2010

syaikh salim bafadhal

Syaikh Salim bin Fadal
(581 H.)
Oleh: Abu Yahya
Kita mengenal bahwa Imam Faqih Muqaddam Muhammad bin Ali adalah wali Allah yang diutamakan di pemakaman zambal. Artinya jika kita tidak mempunyai banyak waktu untuk berziarah kepada semua aulia' yang berada di zambal maka cukup berziarah ke makam Faqih Muqaddam. Namun apakah kita mengenal wali Allah yang diutamakan di pemakaman Furaid dari sekian banyaknya aulia' Allah yang dimakamkan di sana?. Dialah Syaikh Salim bin Fadal Bafadal yang biasanya diziarahi Habib Ali bin Hafizd setiap akhir Jum'at bulan hijriah.
Nasab keluarga Bafadal ini adalah dari keturunan Sa'id Al Qusyairah Al Dzahzi dengan adanya khilaf bahwa siapa Sa'id Al Qusyairah Al Dzahzi itu. Ada yang berpendapat, beliau adalah salah satu sahabat Nabi SAW. Dan ada pula yang berpendapat, beliau adalah salah satu keturunan Ya'rub bin Qahtan bin Nabi Hud As. Dan pendapat yang lain mengatakan, beliau adalah anak dari Madzhaj yang merupakan qabilah terbanyak nantinya di dalam surga (sebagaimana hadits Nabi SAW. yang diriwayatkan oleh Aisyah radiyallahu'anha:
القبائل في الجنة مذحج أكثر

Kelahiran dan Pengembaraan Intelektual
Beliau dilahirkan dan tumbuh besar di kota Tarim dengan berkepribadian akhlak yang mulia. Adapun tanggal kelahiran beliau tidak diketahui secara pasti. Tetapi Al Alim Al Amil Abdullah bin Alawi bin Zain Al Habsyi berkata: "Syaikh Salim Bafadal dilahirkan pada masa Syaikh Ghazali pengarang kitab Ihya 'Ulumuddin yang wafat pada tahun 505 H." wallahu a'lam.
Beliau menimba ilmu pengetahuan dari orang tuanya Fadal bin Muhammad, Sayyid Muhammad Shahibulmirbath dan orang-orang alim yang semasa dengannya, sehingga bersinar teranglah cahaya kewalian dari rahasia mukanya. Kemudian untuk menyempurnakan rukun Islam, beliau pergi dari kampung halamannya ke Baitulharam untuk menunaikan ibadah haji dan ziarah ke Sayyidilanam melalui jalan darat, jalan Sya'ab Khilah Tarim. Berkata Sayyid Al Fadil Syaikh bin Abdurrahman Al Kaff rahimahullah: "Syaikh Salim Bafadal bersafar untuk haji dari Tarim dengan melalui jalan darat dan telah kami dengar bahwasanya beliau berbekal sedikit dakik (tepung) dan sedikit kurma. Beliau melalui semua jalan sehingga sampai ke gunung Arafat dengan tidak memakan sedikitpun dari bekal yang dia bawa. Karena dalam perjalanan, beliau selalu melalui pemukiman yang didiami oleh penduduknya."
Dalam menuntut ilmu, beliau juga pergi ke Iraq dan memasuki beberapa daerah yang ada di sana dengan waktu yang begitu lama, yaitu sekitar 40 tahun. Dengan dasar mencari ridla' Allah, maka Beliau menuntut ilmu yang begitu banyak sehingga menempati martabat yang tinggi di sisi Allah Ta'ala. Beliau juga merupakan salah satu dari muridnya Qutburrabbani Sayyid Syaikh Abdul Qadir Al Jailani dan hal itu dikarenakan beliau masuk kota Iraq pada masa dan waktu terkenalnya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani. Demikian juga beliau belajar dengan Syaikhulislam As-Sayyid Muhammad bin Ali Shahibul Mirbath yang dikenal dengan zafarulqadimah (pemimpin yang beruntung) dalam waktu yang cukup lama. Dan beliau mempunyai hubungan dengan Al Muhadist Dzafar dan Al Alim Muhammad bin Ali Al Qal'i (seorang 'alim yang banyak mengarang kitab diantaranya kitab Syarh Muhadzab).

Pulang dan Mengajar di Kampung Halaman
Dengan waktu yang begitu lama dalam menuntut ilmu, yaitu selama 40 tahun, maka keluarganya pun mengira bahwa beliau sudah wafat. Kemudian setelah itu, sebagian Saadah melihatnya di dalam mimpi datang ke kampung halamannya bersama unta yang membawa emas. Maka tidak lama kemudian datanglah beliau dengan membawa kitab-kitab ilmu hadits, fiqih dan lain-lain yang tidak dimiliki oleh para ulama yang ada di Hadramaut pada masa itu.
Setelah berada di kampung halaman, beliau membangun beberapa tempat pendidikan dalam bidang keagamaan untuk membentuk para Muslimin yang memiliki pondasi yang kuat dan kokoh dalam ilmu agama, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh adanya kelompok-kelompok bid'ah, seperti Ibadliyah dan Mu'tazilah. Dua kelompok ini pada waktu itu sudah tersebar di beberapa tempat di Hadramaut. Dan beliau merupakan penentang keras kelompok yang menyimpang itu dengan hujjah dan dalil-dalil yang tidak bisa dibantah akan kebenarannya, sehingga dengan demikian padam dan terbenamlah nyala api yang berkobar dari pengaruh dua kelompok yang menyimpang tersebut. Berkata Syaikh Ahmad bin Abdullah Al Khatib: "Telah berkata sebagian Salaful'arifin: 'Tiga orang yang mempunyai keutamaan yang besar atas penduduk Hadramaut, yaitu: Sayyid Al Muahajir Ahmad bin Isa dengan hijrah dari kota Basrah bersama keturunannya, Syaikh Salim Bafadal di dalam menyebarkan ilmu dan meredakan bid'ah, dan Sayyid Faqih Muqaddam di dalam kasrissilah dan memilih jalan tasawuf ."
Dengan keberadaan beliau di Hadramaut (khususnya di Tarim), maka banyaklah para penuntut ilmu yang datang dari berbagai daerah ke tempatnya untuk mendapatkan ilmu dari tangan beliau sehingga pada waktu itu telah terkumpul di Tarim sebanyak 300 mufti. Demikian juga bermunculan banyak para pengarang kitab seperti Imam Ali bin Ahmad Bamarwan, Imam Abdullah bin Abdurrahman bin Abi Ubaid Zakariya, Qadi Ahmad Baisa, Imam Muhammad bin Ahmad bin Abihub dan lain-lain yang tidak diragukan hasil karya mereka dan menjadi ibarat di dalam hakikat ilmu agama dan ilmu sunnah.

Wafat
Beliau radliallahuanhu wafat pada malam Jum'at, tanggal 8 Jumadil Akhir tahun 581 H. dan beliau, keturunannya serta anak pamannya dikuburkan di bawah gunung yang dikenal dengan sebutan Furaith Ahmar. Dengan meninggalkan satu orang anak, yaitu Al Faqih Yahya dan beberapa karangan yang berfaidah dalam bidang ilmu tafsir dan mempunyai kalam atau pendapat yang luar biasa dalam bentuk qasidah yang bersifat intelektual dan lain sebagainya.

Beberapa Komentar Ulama Terhadap Beliau
Dan salah satu anugerah Allah kepada beliau adalah apa yang disebutkan oleh pengarang kitab Al Jauhar Al Syafaf dari kakeknya yang berkata: "Aku bertanya kepada guruku Al Faqih Salim bin Fadal radiallahu'anhu, 'apakah engkau meminta sesuatu kepada Allah Ta'ala kemudian mengabulkannya untukmu?.' Beliau menjawab: 'Ya, aku meminta kepada Allah agar memberi syafaat kepadaku setiap hari kepada 70 orang yang diadzab, maka Allah mengabulkan permintaanku".
Sayyid Fadil Ali bin Abdurrahman Al Masyhur berkata: "Aku mendengar ayahku Abdurrahman berkata: 'Bahwasanya Allah memberi syafaat kepadanya untuk 70 orang yang diadzab setiap hari sampai pada hari kiamat".
Imam Muhaddist Muhammad bin Ali Khirid berkata di dalam kitabnya Al Ghurar: ”Sayyid Jalil Muhammad bin Abdurrahman Al Asqa' berkata: 'Aku mendengar kakekku Al Mu'allim Al Wali Husein bin Muhammad bin Ali berkata: 'Barang siapa mempunyai hajat (keinginan) dan ingin agar dikabulkan maka hendaklah keluar berziarah ke Al Faqih Muhammad bin Ali Alawi dan Al Faqih Al Wali Salim bin Fadal, kemudian naik ke masjid Bani Alawi dan shalat di dalam qiblatnya dua rakaat, maka akan dikabulkan hajatnya itu".
Dan berkata sebagian orang-orang 'arif: "Syaikh Abdurrahman Assegaff membasahi mukanya yang mulia di sekitar makam Syaikh Salim bin Fadal dan berkata: 'Aku menyaksikan bahwasanya engkau mempunyai taman dari taman-tamannya surga".
Dan diriwayatkan bahwasanya Imam Ahmad bin Muahammad Bafadal berkata: "Antara kuburku dan kubur pamanku yaitu Syaikh Salim adalah taman dari taman-tamannya surga".

Murid-murid Beliau
Adapun orang-orang yang mengambil ilmu dari beliau sangatlah banyak dan kesemuanya adalah Imam-imam yang mursyid. Maka diantara mereka adalah Imam Kabir Al Muhaddist Al Musnid Ali bin Muhammad bin Jadid, Imam Alwi bin Muhammad Shahibulmirbath, Imam Ali bin Muhammad Shahibulmirbath, Sayyid Imam Ahmad Salim bin Basri, Syaikh Ali bin Muhammad Al Khatib Shahibulwa'al dan lain-lain.
Dan kata pengarang kitab Al Gurar bahwa Ustadz A'dzam Imam Faqih Muqaddam termasuk murid dari Syaikh Salim Bafadal. Tetapi Imam Faqih Muqaddam tidak menemui masa Syaikh Salim Bafadal kecuali hanya 7 tahun, karena Imam Faqih Muqadam dilahirkan pada tahun 574 H. dan Syaikh Salim wafat pada tahun 581 H. Kemudian dijelaskan oleh Habib Abu Bakar bin Abdullah Khirid bahwa Imam Faqih Muqaddam membaca surat Al Fatihah atas Syaikh Salim di zawiyah Syaikh Salim ridliallahu'anhum.
Berkata Syaikh Ahmad bin Abdullah bin Abi Bakar Al Khatib Al Ansari rahimahullah: "Telah keluar (telah belajar) dengan Syaikh Salim 1000 thalib (pelajar).

Karamah Beliau
Diantara karamah beliau setelah meninggal, bahwa beberapa orang dzalim memusuhi dan menguasai rumah milik keturunan Syaikh Salim, kemudian keluarlah pemilik rumah ke makam Syaikh Salim untuk minta tolong kepada Allah Ta'ala dengan bertawasul kepada Syaikh Salim. Maka tidak lama kemudian orang yang dzalim itu keluar dari rumahnya. Kemudian setelah dicari akan sebab keluarnya orang dzalim tersebut, ternyata istri dan anaknya memaksanya untuk keluar disebabkan tidak tahan duduk di dalam rumah itu karena seakan-akan rumah itu berputar dengan mereka.
Dan diantara karamah beliau, bahwasanya antara beliau dan istrinya ada sebuah janji untuk tidak menikah apabila salah satu dari mereka lebih dahulu wafat. Kemudian wafatlah Syaikh Salim mendahului istrinya dan melamarlah beberapa orang kepada istrinya, namun ditolak dengan berbagai cara sehingga akhirnya ada yang meminta dengan mendesak sampai istrinya setuju. Maka manakala malam pesta perkawinan sebagian orang-orang shaleh melihat Syaikh Salim mendatangi suami istrinya tersebut dan memberikan salam kepadanya seraya berkata: "Apakah pendapat engkau kepada ini (istrinya) yang engkau tipu dengan janji Allah sehingga dia berkhianat?".
Dan karamah Beliau yang lain, bahwa telah datang orang asing ke kota Tarim dan menginginkan bantuan dari penduduk setempat. Maka meminta tolonglah dia di depan pintu-pintu masjid seraya berkata: "Aku meminta kepada Allah dan hak Allah sebesar 75 Reyal dan sedikit dari pakaian." Maka tinggallah dia di kota itu selama beberapa bulan atas keadaan seperti itu dan tidak ada seorangpun yang mengabulkan permintaannya. Kemudian dia memegang tangan seorang laki-laki dari keturunan Bafadal yang berada di dekatnya dan berkata: "Aku ingin ziarah Syaikh Salim dan engkau bersamaku maka selagi akan dikabulkan hajatku dari sisinya." Maka keduanya keluar bersama-sama untuk ziarah ke makam Syaikh Salim. Kemudian pada malam harinya salah satu penduduk Tarim memanggilnya dan memberikan uang sebesar yang dia butuhkan dengan tidak memintanya. Sehingga besok harinya dia pun musafir meninggalkan kota Tarim. Dan masih banyak lagi karamah Beliau yang tidak kami sebutkan di sini.

khabar

هل جاءت الدعاة للإسلام إلى إندونيسيا لأجل الدعوة أم لأجل التجارة والدعوة ؟.
أن بدء دخول الإسلام واتشاره في إندونيسيا في أواخر القرن الأول الهجري وكان بواسطة علماء العرب وتجارهم القادمين من جنوب شبه الجزيرة العربية , ولعل انتشار المذهب الشافعي في إندونيسيا وفي حضرموت يعطينا دليلا قاطعا على أن الذين أدخلوا الإسلام إلى إندونيسيا هم تجار حضرموت ( ), وهنا يجب أن نضع في أذهاننا حقيقة أساسية هي أن التاجر العربي المسلم في سعيه للحصول على الربح في البيع والشراء ؛ كان دائما يبذل جهده في نقل عقيدته وإيصالها إلى جميع أولئك الذين يقدر له أن يتعرف عليهم في رحلاته في الأقاليم التي يذهب إليها ( ). وتعود نظريات الغربيين في أسباب دخول الإسلام في جنوب شرقي آسيا إلى التجارة والعلاقات بين التجار والموظفين والزواج المختلط وغير ذلك. وقد عقدت ندوة خاصة في ميدان سومطره شمالية 17 - 20 مارس 1963 م. حول تاريخ دخول الإسلام إلى إندونيسيا بأن الإسلام انتشر في إندونيسيا بأسباب منها بسبب الداعي وبعض التجار.( )
قد ذكر بعض المؤرخين الموثوق بهم قيام الدعوة إسلامية في أقاليم شرقي جاوى سنة 648 هـ , والإسلام قد انتشر في سومطرا وسولو ومينداناو وبروني وجمفا ووجرمين وبرنيو أقدم من ذلك وهو سنة 597 هـ. أما الذين نشروا الإسلام في جمفا ثم بلاد الملايو ثم سومطرا وجاوه معروفون في تواريخ الجاويين باسم سونن (معنى سونن هو الهادي أو الذي جاء بالهداية من الله) أولياء أو شريف أولياء , وهم من ذرية أحمد بن عبد الله بن عبد الملك بن علوي عم الفقيه المقدم بن محمد صاحب مربط جائوا من حضرموت من طريق الهند.
فهؤلاء الدعاة الذين بذلوا جهدهم في الدعوة إلى الله كالتالي :
1. السيد الشريف إبراهيم زين الدين الأكبر بن حسين بن أحمد بن عبد الله بن عبد الملك , وله بنت اسمها فراميسولي وله ثلاثة أولاد , وهم : علي رحمة الله والمخدوم إسحق وعلي المرتضى.
2. السيد الشريف مها راجا الذي جاء بعده وتزوج بنته فراميسولي.
3. السيد الشريف المخدوم إسحق بن إبراهيم الذي أنفد عمره في الدعوة إلى الله واتخذ له مركبا يدور فيه على جزائر الشرق يدعو إلى الإسلام وكان مرجع للطالبين في فاسى وملاكا, وهو الذي يرسل الدعاة للإسلام بعد ما يتخرجون عليه في العلم والتربية ويرتب إرسالهم ويعين لهم الجهاة التي يذهبون إليها للدعوة. وكان دخول المخدوم إلى جاوى في عهد أخيه علي رحمة الله. وله ابن اسمه محمد عين اليقين المعروف بسونن قيرى الذي تتلمذ عند عمه سونن أمفيل ويساعد عمه في الدعوة إلى الله في جاوى الشرقية.
4. السيد الشريف زين العابدين بن علي بن حسين بن محمد بن علي بن أحمد بن عبد الله بن محمد بن علي بن عبد الله بن أحمد بن عبد الرحمن بن علوي عم الفقيه , يقال إنه أول من ملك سولو.
5. السيد الشريف محمد بن زين العابدين الملقب كبوغساوان.
6. السيد الشريف أبو بكر العالم الداعي إلى الله المتخرج بمكة والآخذ عن المخدوم إسحق , وهو أحد أبناء زين العابدين وقد جاء في كتاب أخبار ملاكا أن أبا بكر هذا كان مشهورا متمكنا من علم الأحكام الشرعية , والنظامات الإسلامية , متمكنا من الدين عارفا بأسراه والدعوة إليه , مشهورا بالدعوة إلى الإسلام في جزائر الملايو.
7. السيد الشريف علي رحمة الله المعروف بسونن أمفيل وكان دخوله إلى جاوى سنة 804 هـ. وسنه نحو العشرين بعد دخول ملك جرمين بثلاث سنين دخل 801 هـ. وقد كان التأثير العظيم في نشر الإسلام في جاوى الشرقية ومنها إلى غيرها لداعي الإسلام الأعظم رادين رحمت (علي رحمة الله) الذي أرسل داعيا إلى الدين من جمفا. فالشريف رحمت أو سونن أمفيل نشر الإسلام بشرقي جاوه بالدعوة فقط وليس بالتجارة وكذا غيره من الدعاة مثل أخيه المخدوم إسحق. وأول جزيزة دخلها علي رحمة الله هي باليمبانغ وكانت مدينة تجارية عامرة بالتجار الطارئين وفيهم العلماء وغيرهم. وأسلم على يد هذا الشريف أمير باليمبانغ "أريا دامر" ثم جاء إلى جاوى ومكث بأمفيل حتى توفي بها. وله أولاد .منهم : مخدوم إبراهيم (سونن بونانغ الذي نشر الإسلام ويدعو إلى الله في توبان), وقاسم أو هاشم (سونن درجة), جعفر صادق (سونن قدس الذي نشر الإسلام والدعوة إلى الله في قدس جاوى الوسطى) قيل هو سبطه وليس ولده يعني ولد بنته.
8. السيد الشريف ملك إبراهيم المعروف بسونن قرسي أو كاكىء بنتل بن بركات بن حسين بن أحمد بن عبد الله بن عبد الملك بن علوي عم الفقيه الذي جاء إلى إندونيسيا مع أبنائه الخمسة وهم جعفر وقاسم وغارت ورافع الدين ومحضار وابن أخيه ملك جرمين وغيرهم. وكان قصد ملك جرمين من وفوده مع عمه هذا دعوة ملك مَجافهيت (أكبر دولة في إندونيسيا قديما) عماد الديانة البوذية لذلك العهد إلى الإسلام.
9. السيد الشريف هداية الله بن عبد الله بن علي بن حسين بن أحمد إلى أخر النسب المذكور وهو الذي نشر الإسلام في جاوه الغربية ودخل إلى شربون في حدود سنة 812 هـ. واشتهر باسم سونن كونوغ جاتى (جبل الساج). ( )
وغير هؤلاء المذكورين كثير بل فيهم من اشتهر بأحد أولياء التسعة ولكن ليس من السادة العلويين , وقيل هو من ذرية النبي صلى الله عليه وسلم أيضا وهو رادين شهيد المعروف بسونن كالي جاقا (تلميذ سونن بونانغ) وولده عمر شهيد المعروف بسونن موريا. وفي عهد هؤلاء الأولياء التسعة قامت الدولة الإسلامية في مدينة دمك في محل الذي يسمى بنتارا وهو عاصمة الإسلام. وبنوا مسجدا ليكون مركزا للدعوة والدولة حينذك. والله أعلم بالصواب.
كتبها
الطالب : أيدين بن نوراني البنجري
المستوى الرابع الشريعة بجامعة الأحقاف