Kamis, 25 November 2010

syaikh salim bafadhal

Syaikh Salim bin Fadal
(581 H.)
Oleh: Abu Yahya
Kita mengenal bahwa Imam Faqih Muqaddam Muhammad bin Ali adalah wali Allah yang diutamakan di pemakaman zambal. Artinya jika kita tidak mempunyai banyak waktu untuk berziarah kepada semua aulia' yang berada di zambal maka cukup berziarah ke makam Faqih Muqaddam. Namun apakah kita mengenal wali Allah yang diutamakan di pemakaman Furaid dari sekian banyaknya aulia' Allah yang dimakamkan di sana?. Dialah Syaikh Salim bin Fadal Bafadal yang biasanya diziarahi Habib Ali bin Hafizd setiap akhir Jum'at bulan hijriah.
Nasab keluarga Bafadal ini adalah dari keturunan Sa'id Al Qusyairah Al Dzahzi dengan adanya khilaf bahwa siapa Sa'id Al Qusyairah Al Dzahzi itu. Ada yang berpendapat, beliau adalah salah satu sahabat Nabi SAW. Dan ada pula yang berpendapat, beliau adalah salah satu keturunan Ya'rub bin Qahtan bin Nabi Hud As. Dan pendapat yang lain mengatakan, beliau adalah anak dari Madzhaj yang merupakan qabilah terbanyak nantinya di dalam surga (sebagaimana hadits Nabi SAW. yang diriwayatkan oleh Aisyah radiyallahu'anha:
القبائل في الجنة مذحج أكثر

Kelahiran dan Pengembaraan Intelektual
Beliau dilahirkan dan tumbuh besar di kota Tarim dengan berkepribadian akhlak yang mulia. Adapun tanggal kelahiran beliau tidak diketahui secara pasti. Tetapi Al Alim Al Amil Abdullah bin Alawi bin Zain Al Habsyi berkata: "Syaikh Salim Bafadal dilahirkan pada masa Syaikh Ghazali pengarang kitab Ihya 'Ulumuddin yang wafat pada tahun 505 H." wallahu a'lam.
Beliau menimba ilmu pengetahuan dari orang tuanya Fadal bin Muhammad, Sayyid Muhammad Shahibulmirbath dan orang-orang alim yang semasa dengannya, sehingga bersinar teranglah cahaya kewalian dari rahasia mukanya. Kemudian untuk menyempurnakan rukun Islam, beliau pergi dari kampung halamannya ke Baitulharam untuk menunaikan ibadah haji dan ziarah ke Sayyidilanam melalui jalan darat, jalan Sya'ab Khilah Tarim. Berkata Sayyid Al Fadil Syaikh bin Abdurrahman Al Kaff rahimahullah: "Syaikh Salim Bafadal bersafar untuk haji dari Tarim dengan melalui jalan darat dan telah kami dengar bahwasanya beliau berbekal sedikit dakik (tepung) dan sedikit kurma. Beliau melalui semua jalan sehingga sampai ke gunung Arafat dengan tidak memakan sedikitpun dari bekal yang dia bawa. Karena dalam perjalanan, beliau selalu melalui pemukiman yang didiami oleh penduduknya."
Dalam menuntut ilmu, beliau juga pergi ke Iraq dan memasuki beberapa daerah yang ada di sana dengan waktu yang begitu lama, yaitu sekitar 40 tahun. Dengan dasar mencari ridla' Allah, maka Beliau menuntut ilmu yang begitu banyak sehingga menempati martabat yang tinggi di sisi Allah Ta'ala. Beliau juga merupakan salah satu dari muridnya Qutburrabbani Sayyid Syaikh Abdul Qadir Al Jailani dan hal itu dikarenakan beliau masuk kota Iraq pada masa dan waktu terkenalnya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani. Demikian juga beliau belajar dengan Syaikhulislam As-Sayyid Muhammad bin Ali Shahibul Mirbath yang dikenal dengan zafarulqadimah (pemimpin yang beruntung) dalam waktu yang cukup lama. Dan beliau mempunyai hubungan dengan Al Muhadist Dzafar dan Al Alim Muhammad bin Ali Al Qal'i (seorang 'alim yang banyak mengarang kitab diantaranya kitab Syarh Muhadzab).

Pulang dan Mengajar di Kampung Halaman
Dengan waktu yang begitu lama dalam menuntut ilmu, yaitu selama 40 tahun, maka keluarganya pun mengira bahwa beliau sudah wafat. Kemudian setelah itu, sebagian Saadah melihatnya di dalam mimpi datang ke kampung halamannya bersama unta yang membawa emas. Maka tidak lama kemudian datanglah beliau dengan membawa kitab-kitab ilmu hadits, fiqih dan lain-lain yang tidak dimiliki oleh para ulama yang ada di Hadramaut pada masa itu.
Setelah berada di kampung halaman, beliau membangun beberapa tempat pendidikan dalam bidang keagamaan untuk membentuk para Muslimin yang memiliki pondasi yang kuat dan kokoh dalam ilmu agama, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh adanya kelompok-kelompok bid'ah, seperti Ibadliyah dan Mu'tazilah. Dua kelompok ini pada waktu itu sudah tersebar di beberapa tempat di Hadramaut. Dan beliau merupakan penentang keras kelompok yang menyimpang itu dengan hujjah dan dalil-dalil yang tidak bisa dibantah akan kebenarannya, sehingga dengan demikian padam dan terbenamlah nyala api yang berkobar dari pengaruh dua kelompok yang menyimpang tersebut. Berkata Syaikh Ahmad bin Abdullah Al Khatib: "Telah berkata sebagian Salaful'arifin: 'Tiga orang yang mempunyai keutamaan yang besar atas penduduk Hadramaut, yaitu: Sayyid Al Muahajir Ahmad bin Isa dengan hijrah dari kota Basrah bersama keturunannya, Syaikh Salim Bafadal di dalam menyebarkan ilmu dan meredakan bid'ah, dan Sayyid Faqih Muqaddam di dalam kasrissilah dan memilih jalan tasawuf ."
Dengan keberadaan beliau di Hadramaut (khususnya di Tarim), maka banyaklah para penuntut ilmu yang datang dari berbagai daerah ke tempatnya untuk mendapatkan ilmu dari tangan beliau sehingga pada waktu itu telah terkumpul di Tarim sebanyak 300 mufti. Demikian juga bermunculan banyak para pengarang kitab seperti Imam Ali bin Ahmad Bamarwan, Imam Abdullah bin Abdurrahman bin Abi Ubaid Zakariya, Qadi Ahmad Baisa, Imam Muhammad bin Ahmad bin Abihub dan lain-lain yang tidak diragukan hasil karya mereka dan menjadi ibarat di dalam hakikat ilmu agama dan ilmu sunnah.

Wafat
Beliau radliallahuanhu wafat pada malam Jum'at, tanggal 8 Jumadil Akhir tahun 581 H. dan beliau, keturunannya serta anak pamannya dikuburkan di bawah gunung yang dikenal dengan sebutan Furaith Ahmar. Dengan meninggalkan satu orang anak, yaitu Al Faqih Yahya dan beberapa karangan yang berfaidah dalam bidang ilmu tafsir dan mempunyai kalam atau pendapat yang luar biasa dalam bentuk qasidah yang bersifat intelektual dan lain sebagainya.

Beberapa Komentar Ulama Terhadap Beliau
Dan salah satu anugerah Allah kepada beliau adalah apa yang disebutkan oleh pengarang kitab Al Jauhar Al Syafaf dari kakeknya yang berkata: "Aku bertanya kepada guruku Al Faqih Salim bin Fadal radiallahu'anhu, 'apakah engkau meminta sesuatu kepada Allah Ta'ala kemudian mengabulkannya untukmu?.' Beliau menjawab: 'Ya, aku meminta kepada Allah agar memberi syafaat kepadaku setiap hari kepada 70 orang yang diadzab, maka Allah mengabulkan permintaanku".
Sayyid Fadil Ali bin Abdurrahman Al Masyhur berkata: "Aku mendengar ayahku Abdurrahman berkata: 'Bahwasanya Allah memberi syafaat kepadanya untuk 70 orang yang diadzab setiap hari sampai pada hari kiamat".
Imam Muhaddist Muhammad bin Ali Khirid berkata di dalam kitabnya Al Ghurar: ”Sayyid Jalil Muhammad bin Abdurrahman Al Asqa' berkata: 'Aku mendengar kakekku Al Mu'allim Al Wali Husein bin Muhammad bin Ali berkata: 'Barang siapa mempunyai hajat (keinginan) dan ingin agar dikabulkan maka hendaklah keluar berziarah ke Al Faqih Muhammad bin Ali Alawi dan Al Faqih Al Wali Salim bin Fadal, kemudian naik ke masjid Bani Alawi dan shalat di dalam qiblatnya dua rakaat, maka akan dikabulkan hajatnya itu".
Dan berkata sebagian orang-orang 'arif: "Syaikh Abdurrahman Assegaff membasahi mukanya yang mulia di sekitar makam Syaikh Salim bin Fadal dan berkata: 'Aku menyaksikan bahwasanya engkau mempunyai taman dari taman-tamannya surga".
Dan diriwayatkan bahwasanya Imam Ahmad bin Muahammad Bafadal berkata: "Antara kuburku dan kubur pamanku yaitu Syaikh Salim adalah taman dari taman-tamannya surga".

Murid-murid Beliau
Adapun orang-orang yang mengambil ilmu dari beliau sangatlah banyak dan kesemuanya adalah Imam-imam yang mursyid. Maka diantara mereka adalah Imam Kabir Al Muhaddist Al Musnid Ali bin Muhammad bin Jadid, Imam Alwi bin Muhammad Shahibulmirbath, Imam Ali bin Muhammad Shahibulmirbath, Sayyid Imam Ahmad Salim bin Basri, Syaikh Ali bin Muhammad Al Khatib Shahibulwa'al dan lain-lain.
Dan kata pengarang kitab Al Gurar bahwa Ustadz A'dzam Imam Faqih Muqaddam termasuk murid dari Syaikh Salim Bafadal. Tetapi Imam Faqih Muqaddam tidak menemui masa Syaikh Salim Bafadal kecuali hanya 7 tahun, karena Imam Faqih Muqadam dilahirkan pada tahun 574 H. dan Syaikh Salim wafat pada tahun 581 H. Kemudian dijelaskan oleh Habib Abu Bakar bin Abdullah Khirid bahwa Imam Faqih Muqaddam membaca surat Al Fatihah atas Syaikh Salim di zawiyah Syaikh Salim ridliallahu'anhum.
Berkata Syaikh Ahmad bin Abdullah bin Abi Bakar Al Khatib Al Ansari rahimahullah: "Telah keluar (telah belajar) dengan Syaikh Salim 1000 thalib (pelajar).

Karamah Beliau
Diantara karamah beliau setelah meninggal, bahwa beberapa orang dzalim memusuhi dan menguasai rumah milik keturunan Syaikh Salim, kemudian keluarlah pemilik rumah ke makam Syaikh Salim untuk minta tolong kepada Allah Ta'ala dengan bertawasul kepada Syaikh Salim. Maka tidak lama kemudian orang yang dzalim itu keluar dari rumahnya. Kemudian setelah dicari akan sebab keluarnya orang dzalim tersebut, ternyata istri dan anaknya memaksanya untuk keluar disebabkan tidak tahan duduk di dalam rumah itu karena seakan-akan rumah itu berputar dengan mereka.
Dan diantara karamah beliau, bahwasanya antara beliau dan istrinya ada sebuah janji untuk tidak menikah apabila salah satu dari mereka lebih dahulu wafat. Kemudian wafatlah Syaikh Salim mendahului istrinya dan melamarlah beberapa orang kepada istrinya, namun ditolak dengan berbagai cara sehingga akhirnya ada yang meminta dengan mendesak sampai istrinya setuju. Maka manakala malam pesta perkawinan sebagian orang-orang shaleh melihat Syaikh Salim mendatangi suami istrinya tersebut dan memberikan salam kepadanya seraya berkata: "Apakah pendapat engkau kepada ini (istrinya) yang engkau tipu dengan janji Allah sehingga dia berkhianat?".
Dan karamah Beliau yang lain, bahwa telah datang orang asing ke kota Tarim dan menginginkan bantuan dari penduduk setempat. Maka meminta tolonglah dia di depan pintu-pintu masjid seraya berkata: "Aku meminta kepada Allah dan hak Allah sebesar 75 Reyal dan sedikit dari pakaian." Maka tinggallah dia di kota itu selama beberapa bulan atas keadaan seperti itu dan tidak ada seorangpun yang mengabulkan permintaannya. Kemudian dia memegang tangan seorang laki-laki dari keturunan Bafadal yang berada di dekatnya dan berkata: "Aku ingin ziarah Syaikh Salim dan engkau bersamaku maka selagi akan dikabulkan hajatku dari sisinya." Maka keduanya keluar bersama-sama untuk ziarah ke makam Syaikh Salim. Kemudian pada malam harinya salah satu penduduk Tarim memanggilnya dan memberikan uang sebesar yang dia butuhkan dengan tidak memintanya. Sehingga besok harinya dia pun musafir meninggalkan kota Tarim. Dan masih banyak lagi karamah Beliau yang tidak kami sebutkan di sini.

khabar

هل جاءت الدعاة للإسلام إلى إندونيسيا لأجل الدعوة أم لأجل التجارة والدعوة ؟.
أن بدء دخول الإسلام واتشاره في إندونيسيا في أواخر القرن الأول الهجري وكان بواسطة علماء العرب وتجارهم القادمين من جنوب شبه الجزيرة العربية , ولعل انتشار المذهب الشافعي في إندونيسيا وفي حضرموت يعطينا دليلا قاطعا على أن الذين أدخلوا الإسلام إلى إندونيسيا هم تجار حضرموت ( ), وهنا يجب أن نضع في أذهاننا حقيقة أساسية هي أن التاجر العربي المسلم في سعيه للحصول على الربح في البيع والشراء ؛ كان دائما يبذل جهده في نقل عقيدته وإيصالها إلى جميع أولئك الذين يقدر له أن يتعرف عليهم في رحلاته في الأقاليم التي يذهب إليها ( ). وتعود نظريات الغربيين في أسباب دخول الإسلام في جنوب شرقي آسيا إلى التجارة والعلاقات بين التجار والموظفين والزواج المختلط وغير ذلك. وقد عقدت ندوة خاصة في ميدان سومطره شمالية 17 - 20 مارس 1963 م. حول تاريخ دخول الإسلام إلى إندونيسيا بأن الإسلام انتشر في إندونيسيا بأسباب منها بسبب الداعي وبعض التجار.( )
قد ذكر بعض المؤرخين الموثوق بهم قيام الدعوة إسلامية في أقاليم شرقي جاوى سنة 648 هـ , والإسلام قد انتشر في سومطرا وسولو ومينداناو وبروني وجمفا ووجرمين وبرنيو أقدم من ذلك وهو سنة 597 هـ. أما الذين نشروا الإسلام في جمفا ثم بلاد الملايو ثم سومطرا وجاوه معروفون في تواريخ الجاويين باسم سونن (معنى سونن هو الهادي أو الذي جاء بالهداية من الله) أولياء أو شريف أولياء , وهم من ذرية أحمد بن عبد الله بن عبد الملك بن علوي عم الفقيه المقدم بن محمد صاحب مربط جائوا من حضرموت من طريق الهند.
فهؤلاء الدعاة الذين بذلوا جهدهم في الدعوة إلى الله كالتالي :
1. السيد الشريف إبراهيم زين الدين الأكبر بن حسين بن أحمد بن عبد الله بن عبد الملك , وله بنت اسمها فراميسولي وله ثلاثة أولاد , وهم : علي رحمة الله والمخدوم إسحق وعلي المرتضى.
2. السيد الشريف مها راجا الذي جاء بعده وتزوج بنته فراميسولي.
3. السيد الشريف المخدوم إسحق بن إبراهيم الذي أنفد عمره في الدعوة إلى الله واتخذ له مركبا يدور فيه على جزائر الشرق يدعو إلى الإسلام وكان مرجع للطالبين في فاسى وملاكا, وهو الذي يرسل الدعاة للإسلام بعد ما يتخرجون عليه في العلم والتربية ويرتب إرسالهم ويعين لهم الجهاة التي يذهبون إليها للدعوة. وكان دخول المخدوم إلى جاوى في عهد أخيه علي رحمة الله. وله ابن اسمه محمد عين اليقين المعروف بسونن قيرى الذي تتلمذ عند عمه سونن أمفيل ويساعد عمه في الدعوة إلى الله في جاوى الشرقية.
4. السيد الشريف زين العابدين بن علي بن حسين بن محمد بن علي بن أحمد بن عبد الله بن محمد بن علي بن عبد الله بن أحمد بن عبد الرحمن بن علوي عم الفقيه , يقال إنه أول من ملك سولو.
5. السيد الشريف محمد بن زين العابدين الملقب كبوغساوان.
6. السيد الشريف أبو بكر العالم الداعي إلى الله المتخرج بمكة والآخذ عن المخدوم إسحق , وهو أحد أبناء زين العابدين وقد جاء في كتاب أخبار ملاكا أن أبا بكر هذا كان مشهورا متمكنا من علم الأحكام الشرعية , والنظامات الإسلامية , متمكنا من الدين عارفا بأسراه والدعوة إليه , مشهورا بالدعوة إلى الإسلام في جزائر الملايو.
7. السيد الشريف علي رحمة الله المعروف بسونن أمفيل وكان دخوله إلى جاوى سنة 804 هـ. وسنه نحو العشرين بعد دخول ملك جرمين بثلاث سنين دخل 801 هـ. وقد كان التأثير العظيم في نشر الإسلام في جاوى الشرقية ومنها إلى غيرها لداعي الإسلام الأعظم رادين رحمت (علي رحمة الله) الذي أرسل داعيا إلى الدين من جمفا. فالشريف رحمت أو سونن أمفيل نشر الإسلام بشرقي جاوه بالدعوة فقط وليس بالتجارة وكذا غيره من الدعاة مثل أخيه المخدوم إسحق. وأول جزيزة دخلها علي رحمة الله هي باليمبانغ وكانت مدينة تجارية عامرة بالتجار الطارئين وفيهم العلماء وغيرهم. وأسلم على يد هذا الشريف أمير باليمبانغ "أريا دامر" ثم جاء إلى جاوى ومكث بأمفيل حتى توفي بها. وله أولاد .منهم : مخدوم إبراهيم (سونن بونانغ الذي نشر الإسلام ويدعو إلى الله في توبان), وقاسم أو هاشم (سونن درجة), جعفر صادق (سونن قدس الذي نشر الإسلام والدعوة إلى الله في قدس جاوى الوسطى) قيل هو سبطه وليس ولده يعني ولد بنته.
8. السيد الشريف ملك إبراهيم المعروف بسونن قرسي أو كاكىء بنتل بن بركات بن حسين بن أحمد بن عبد الله بن عبد الملك بن علوي عم الفقيه الذي جاء إلى إندونيسيا مع أبنائه الخمسة وهم جعفر وقاسم وغارت ورافع الدين ومحضار وابن أخيه ملك جرمين وغيرهم. وكان قصد ملك جرمين من وفوده مع عمه هذا دعوة ملك مَجافهيت (أكبر دولة في إندونيسيا قديما) عماد الديانة البوذية لذلك العهد إلى الإسلام.
9. السيد الشريف هداية الله بن عبد الله بن علي بن حسين بن أحمد إلى أخر النسب المذكور وهو الذي نشر الإسلام في جاوه الغربية ودخل إلى شربون في حدود سنة 812 هـ. واشتهر باسم سونن كونوغ جاتى (جبل الساج). ( )
وغير هؤلاء المذكورين كثير بل فيهم من اشتهر بأحد أولياء التسعة ولكن ليس من السادة العلويين , وقيل هو من ذرية النبي صلى الله عليه وسلم أيضا وهو رادين شهيد المعروف بسونن كالي جاقا (تلميذ سونن بونانغ) وولده عمر شهيد المعروف بسونن موريا. وفي عهد هؤلاء الأولياء التسعة قامت الدولة الإسلامية في مدينة دمك في محل الذي يسمى بنتارا وهو عاصمة الإسلام. وبنوا مسجدا ليكون مركزا للدعوة والدولة حينذك. والله أعلم بالصواب.
كتبها
الطالب : أيدين بن نوراني البنجري
المستوى الرابع الشريعة بجامعة الأحقاف

Kamis, 08 Juli 2010

manakib

بسم الله الرحمن الرحيم

 اسمه ونسبه :
وهو العالم العابد الزاهد الشيخ المربي محمد زيني بن عبد الغني بن عبد المناف بن محمد سمان بن محمد سعد بن عبد الله بن العلامة المفتي محمد خالد بن العلامة حسن الدين بن مولانا الشيخ محمد أرشد البنجري بن عبد الله بن عبد الرشيد بن عبد الله بن أبو بكر الهندي بن أحمد الصليبية بن حسين بن شيخ بن عبد الله العيدروس الأكبر.

 مولده ونشأته :
ولد في مرتفورا , بنجرماسين , كالمنتان الجنوبية , ليلة الأربعاء 27 من محرم عام 1361 هـ , الموافق للتاريخ الميلادي 11 فبراير 1942.

مسيرته العلمية وحفظه القرآن :
بدأ دراسته العلمية في سن السادس من عمره عندما التحق بالمعلمة ودرس التوحيد والفقه والأخلاق , وكان محبا للعلم وأهله , فكان يكافئ المدرس ويحضر له الهدية كل يوم بالرغم من شدة فقره سوء حاله المعيشي , حتى كان يتعشى في اليوم واليلة على صحن صغير واحد يشترك هو وأربعة من أهل بيته.
وفي السابعة من عمره التحق بالمعهد الإسلامي " دار السلام " مرتفورا , وكان شغوفا بالعلم والقرآن حتى أتم حفظ القرآن في سبعة أشهر , وحفظ تفسير الجلالين في سنتين , وحفظ حاشية الباجوري على ابن قاسم في الفقه وحفظ ألفية ابن مالك بهدها بسنوات , وبعد أنهى دراسته فيها رحل لطلب العلم إلى بانغيل أحد المناطق في جاوا الشرقية بضع سنين , ثم سافر بعدها إلى مكة المكرمة لأداء الحج وطلب العلم الشريف , ثم مالبث بعدها أن عاد إلى موطنه وفتح مجلسه التعليمي بأمر من شيوخه , وقد بارك الله له فيه حتى كان يتردد إليه لطلب العلم اكثر من احدى عشرألف (11.000) طالب , من بينهم ولاة أمور السلطة والحكومة والتجار والأطباء , وكان له أيضا مجلس تعليمي للنساء يفوق عددا من طلاب الرجال. وقد كان مجلسه التعليمي موطنا لدخول الناس في دين الله افواجا بعدما اعتنق الإسلام على يديهمنات من الناس , ولايخلو مجلسه من ذكر تريم مبالغا في المدح والثناء خصوصا آل بيت رسول الله صلى الله عليه وسلم في زمان انقرض فيه هذا التذكير والحق الواجبين على كل مبلغ ومستمع , وقد كان من بين مؤلفاته المشهورة رسالة عن نبذة في مناقب الإمام الأستاذ الأعظم الفقيه المقدم التي وزعت على بعض الناس مجانا من ماله الخاص , وهو أول من سن مولد الحبشي (سمط الدرر) في بنجر حتى انتثر وصار لدى كثير من الناس يحفظونه عن ظهر قلب.
فكان حافزا أساسيا وسببا رئيسيا لتشجيع طلبة العلم في تلك المنطقة للسفر إلى تريم لطلب العلم الشريف أو للزيارة والتبرك بآثار ومعالم تريم الغناء المباركة.

 مشايخه في السلوك والتربية :
منهم : السيد محمد أمين كتبي المكي , والشيخ محمد سمان مليا البنجري , والشيخ شرواني عبدان البنجري وغيرهم.


 مشايخه في علم الحديث ولإسناد والطرق :
منهم : الشيخ محمد حسن المشاط المكي , والشيخ اللامة إسماعيل عثمان زين اليمني , والشيخ المحدث مسند الدنيا محمد ياسين بن عيسى الفاداني , والعلامة السيد عبد القادر البار المكي , والسيد حسن بن محمد فدعق المكي.

 هذا وقد كان له علاقة حميمة وزيارات ودية بينه وبين العلماء والسادة الأفاضل في مختلف الأقطار :
منهم : مشايخه المذكورون , والحبيب محمد بن إبراهيم الأهدل , والحبيب أحمد بن عبد الرحمن السقاف , والعالم العلامة الحبيب سالم بن عبد الله بن عمر الشاطري , والعلامة الحبيب عبد الله بن محمد باهارون , والحبيب أبو كاظم جعفر بن محمد السقاف سيؤن , والحبيب محمد أنيس بن علوي بن علي الحبشي , والحبيب حسن بن أحمد باهارون , الشيخ حامد فاسروان وغيرهم من العلماء الأفاضل الذين التقوا به في بيته في مرتفورا.



 وفاته :
انتقل إلى رحمة الله فجر الأربعاء , 5 رجب 1426 هـ الموافق 10 أغسطس 2005 م , عن عمر ناهز الخامسة والستين في سكمفول مرتفورا. فاغلقت الأسواق والدكاكين والمراكز الحكومية خصوصا المدارس والمعاهد والكليات بأكملها متحشدين لتأبينه , مجتمعين لتوديعه عشرات الآلاف من الناس حال من أين تجرحها الدموع , وقلوب تطعنها آلام الحزن , وألسن تجمعها ترجيع أهل الوداد عند المصائب والشداد وهو إنا لله وإنا إليه راجعون.
فتغمده الله برحمته ومغفرته وأسكنه فسيح جناته مع النبيين والصديقين والشهداء والصالحين آمين يارب العالمين.
وفي الختام ..... نقتصر على هذا القدر اليسير في ذكر مناقب هذا الشيخ الجليل ولا نسرد طويلا في ذكر محاسينه وأخلاقه الحميدة فضلا عن ذكر كراماته الجلية والخفية اختصارا.
وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم أجمعين والحمد لله رب العالمين
  

Senin, 05 April 2010

بسم الله الرحمن الرحيم
سند الإجازة
أجازنا شيخنا ومربينا السيّد الحبيب العلامة عبدالله بن محمد باهارون جمل الليل جميع أوراد السادة العلوية , منها : راتب العطاس وورد اللطيف وراتب الحداد وورد الحبشية وغيرها , وأجازنا أيضا جميع ما أخذه عن مشايخه من العلوم الشرعية النافعة.
وسيدي الحبيب عبدالله المذكور أخذ عن مشايخه , منهم :
1. عن خليفة الاسلاف سيدي الحبيب العلامة عبد القادر بن أحمد السقاف الصافي وهو عن والده وغيره من جماعة الذين أخذوا عن مسند اليمن عيدروس بن عمر الحبشي.
2. وعن السيد أحمد مشهور بن طه الحداد عن شيخه السيد علوي وعبدالله ابني طاهر الحداد كلاهما عن السيد أحمد بن حسن العطاس عن شيخه مسند اليمن عيدروس بن عمر الحبشي.
3. وعن السيد محمد بن أحمد الشاطري عن والده والسيد عبدالله بن عيدروس العيدروس والسيد عبد الباري بن شيخ العيدروس والسيد محمد بن سالم السري كلهم عن مسند اليمن عيدروس بن عمر الحبشي.
4. وعن السيد أحمد بن علوي الحبشي عن عمّه السيد المنصب محمد بن علي الحبشي عن والده الحبيب الولي علي بن محمد الحبشي (صاحب سمط الدرر) عن شيخه مسند اليمن عيدروس بن عمر الحبشي.
5. وعن السيد البركة محمد بن طه السقاف الصافي عن والده وأدرك أشياخ عصره مثل : السيد المسند عيدروس بن عمر الحبشي والسيد علي بن محمد الحبشي والسيد أحمد بن حسن العطاس. و السيد محمد بن طه المذكور ولد سنة 1291 هـ , وأدرك حياة السيد عيدروس بن عمر الحبشي ثلاث وعشرين سنة وتوفي سنة 1392 هـ.
روي السيد المسند عيدروس بن عمر الحبشي عن أبيه وعمه محمد بن عيدروس وعن السيد أحمد بن عمر بن سميط والسيد محمد بن أحمد بن جعفر الحبشي والسيد الحسن بن صالح البحر الجفري والسيد عبدالله بن علي بن شهاب ومحمد بن عبدالرحمن الحداد وأحمد بن علي بن هارون الجنيد وعبدالله بن عمر بن يحي وعبدالله بن حسين بلفقيه ومحسن بن علوي السقاف وعبدالله بن الحسن الحداد وعلوي بن سقاف بن محمد الجفري ومحمد بن حسين الحبشي المكي وعمر بن محمد بن سميط وأحمد بن محمد المحضار وعبدالقادر بن محمد الحبشي ومحمد بن عبدالله بن قطبان السقاف وعبدالله بن أبي بكر عيديد وعمر بن أبي بكر الحداد وعبدالله بن عيدروس بن عبدالرحمن البار وعمر بن زين الحبشي وعلوي بن عبدالله بن سهل الحبشي والحسن بن أحمد بن حسن الحداد وشيخ بن عمر بن سقاف السقاف وعمر بن عبدالله الجفري وغيرهم.
وأخذ السيد المسند عيدروس بن عمر الحبشي المذكور أيضا من غير السادة العلوية عن الشيخ عبدالله بن أحمد باسودان والشيخ عبدالله بن سعد بن سمير والمعمر الأجل الشيخ أحمد بن سعيد باحنشل الدوعني بقية تلاميذ مسند اليمن ومفتيه السيد سليمان الأهدل.
وأكثر مشايخ السيد المسند عيدروس بن عمر الحبشي أخذوا عن شيخ وادى الأحقاف الإمام الحبيب عمر بن سقاف السقاف الصافي فإنه ينتهي إليه سند المتأخرين كلهم , وهو عن شيخه السيد حسن بن عبدالله بن علوي الحداد ومحمد بن زين بن سميط كلاهما عن قطب الإرشاد وغوث البلاد الحبيب عبدالله بن علوي الحداد عن شيخه قطب الأنفاس الحبيب عمر بن عبدالرحمن العطاس عن شيخه الحسين بن الشيخ أبي بكر بن سالم عن والده قطب الوجود الشيخ أبي بكر بن سالم عن شيخه الحبيب عمر بن محمد باشيبان وأحمد بن عبدالرحمن شهاب الدين وأحمد بن علوي باجحدب كلهم عن سيدي عبدالرحمن بن الشيخ علي السكران عن والده الشيخ علي وعمه الشيخ الكبير عبدالله العيدروس بن أبي بكر السكران كلاهما عن عمّهما الشيخ عمر المحضار عن والده المقدم الثاني الشيخ عبدالرحمن السقاف عن والده محمد مولى الدويلة عن والده علي وعمّه عبدالله باعلوي عن أبيهما علوي الغيور عن والده شيخ الطريقة الفقيه المقدم محمد بن علي باعلوي عن والده علي عن والده محمد صاحب مربط عن والده علي خالع قسم عن والده علوي عن والده محمد عن والده علوي عن والده عبيدالله عن والده أحمد المهاجر عن والده عيسى النقيب عن والده محمد النقيب عن والده علي العريضي عن والده جعفر الصادق عن والده محمد الباقر عن والده علي زين العابدين عن والده الحسين السبط عن والده علي بن أبي طالب ووالدته فاطمة بنت الرسول عن سيد المرسلين سيدنا محمد صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم.
(فائدة) والعلويون يسمّون هذا السند بالسلسلة الذهبية لأنها كلها عن أهل البيت الطاهر بيت النبوة. وكانوا يقولون في هذا السند "أنه لو قرئ على أبكم لنطق أو على أصم لسمع أو على عليل لشفي".
(ح) ولسيدي الفقيه المقدم سند ثان وهو عن الشيخ شعيب أبي مدين المغربي بطريق تلميذه الشيخ عبدالرحمن المقعد ثم بواسطة الشيخ عبدالله الصالح , وأخذ الشيخ شعيب عن الشيخ أبي يعزى عن شيخه الشيخ علي بن حرازم عن شيخه الإمام أبي بكر ابن العربي عن شيخه الإمام حجة الإسلام الغزالي عن شيخه إمام الحرمين عبدالملك الجويني عن والده محمد بن عبدالله الجويني عن شيخه أبي طالب المكي عن الإمام أبي بكر الشبلي عن سيد الطائفة الصوفية الإمام الجنيد البغدادي عن شيخه وخاله الإمام السري السقطي عن الشيخ معروف الكرخي عن داؤد الطائي عن حبيب العجمي عن شيخه الإمام الحسن البصري عن علي بن أبي طالب كرم الله وجهه عن النبي صلى الله عليه وسلم.

بتاريخ : / / 143 هـ , الموفق : / / 201 م
المجيز : السيد الحبيب العلامة عبدالله بن محمد باهارون جمل الليل باعلوي الحسيني
رئيس جامعة الأحقاف
(.........................)

طالب الإجازة : ______________
كتبه الطالب : أيدين بن نوراني البنجري
Tarim dan Penyebaran Islam di Indonesia
Kota Tarim yaitu saah kota di Hadramaut, kota di mana para pelajar Indonesia banyak belajar di sana. Tarim diambil dari nama seorang anak raja yaitu Tarim bin Hadramaut, Tarim juga merupakan tempat hidup dan berkembangnya sadah bani Alawi keturunan Alwi bin Ubaidilllah bin Ahmad bin Isa Al-Muhajir, sekaligus sumber para aulia dan ulama karena di Tarim tidak kurang dari 40 orang wali.
Sebelum datangnya Sayyid Ali Khali' Qasam ke Tarim, di Tarim sudah bermukim 300 orang mufti dari berbagai kabilah yang ada.
Sayyid Ali bersama dua putranya pindah ke Tarim yaitu Husein dan Abdullah yang dilahirkan di Bait Zubair, sedangkan anak beliau yang bernama Muhammad yang dikenal dengan shohib Mirbath dilahirkan di Tarim. Dari Muhammad shohib Mirbath ini tersebar luas zuriat sadah Alawiyah ke penjuru dunia karena sadah bani Alawi sekarang semua nasab mereka kembali kepada dua anak Muhammad shohib Mirbath yaitu Alwi (paman Faqih Muqaddam) dan Ali (ayah Faqih).
Diakhir abad ke-6 hijriyah, Sayyid Abdul Malik bin Alwi ('ammul Faqih) pergi merantau dari Tarim menuju India. Setelah menetap di sana dan mempunyai keturunan, pada awal abad ke-7 hijriyah atau abad ke-13 masehi menyebarlah anak cucunya keberbagai Negara dengan tujuan da'wah sepeti Kamboja, Cina, Thailand sebelum masuk ke Indonesia.
Cicit dari Sayyid Abdul Malik yang bernama Husein bin Ahmad bin Abdullah atau yang lebih dikenal dengan Jumadil Kubra atau Jumadil Akbar, menjadikan Kamboja sebagai tempat singgah yang pada akhirnya menetap di sana. Sayyid Husein mempunyai dua orang anak yaitu Ibrahim dan Ali.
Sayyid Ibrahim bin Husein mempunyai beberapa orang anak yaitu Ali Rahmatullah (Sunan Ampel), Maulana Ishaq (ayah Sunan Giri) dan yang terakhir Ali Al-Murtadha.
Sayyid Ali Rahmatullah pergi dakwah menuju Jawa sedangkan saudaranya Ishaq berdakwak menuju Samudera Pasai atau Sumatera. Akan tetapi, beliau juga sering mengunjungi saudaranya Ali Rahmatullah di Jawa sambil berdakwah. Sebagaimana masyhur diceritakan dalam buku kisah Wali Songo, bahwa Maulana Ishaq pergi dakwah ke daerah Blambangan, pada waktu itu Blambangan dilanda wabah penyakit sampai-sampai anak dari raja Blambangan yang bernama Dewi Sekardadu juga jatuh sakit, karena semua tabib sudah dicoba untuk mengobatinya namun tak kunjung sembuh, akhirnya sang raja memohon kepada Maulana Ishaq untuk mengobati putrinya karena sang raja mendengar berita bahwa Maulana Ishaq mampu mengobati berbagai penyakit, raja berjanji apabila Maulana Ishaq dapat mengobati penyakit putrinya, dia akan mengawinkan putrinya tersebut dan berjanji akan masuk agama yang dianut Maulana Ishaq yaitu Islam. Akan tetapi, setelah putrinya sembuh dan mengawinkannya dengan Maulana Ishaq, sang raja mengingkari janjinya untuk masuk islam malah mengusir Maulana Ishaq keluar Blambangan karena banyak rakyat Blambangan masuk islam. Dia juga bersumpah akan membunuh anak keturunan Maulana Ishaq yang masih berada dalam kandungan putrinya apabila lahir nanti.
Anak inilah yang nantinya cikal bakal penerus perjuangan sang ayah, yang ditelantarkan kakeknya dibuang ke laut dengan tujuan membunuhnya, itulah dia Raden Paku alias Maulana Ainul Yakin alias Sunan Giri.
Kemudian Ali Rahmatullah saudara Maulana Ishaq mempunyai beberapa orang anak yang termasuk penyebar ajaran islam di pulau Jawa. Mereka adalah Ibrahim (Sunan Bonang), Hasyim (Sunan Derajat) , Jakfar Shadiq (Sunan Kudus) dan lain-lain.
Sedangkan keturunan dari Sayyid Ali Al-Murtadha bin Husein mempunyai putra bernama Abdullah, kemudian Abdullah mempunyai putra bernama Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) yang merupakan kakek moyang dari raja Cirebon.
Dan dari Sayyid Barakat bin Husein mempunyai dua orang putra yaitu Maulana Malik Ibrahim dan Ahmad Abdurrahman Arrumi.
Setelah perkembangan islam yang pesat di nusantara Indonesia, banyaklah berdatangan para da'I dari timur tengah terutama Hadramaut dari golongan Alawiyin zuriat Faqih Muqaddam. Perkembangan ini sangat dirasakan di daerah pusat perdagangan seperti Pasai, Palembang, Sunda Kelapa, Gresik dan lain-lain.
Palembang yang merupakan salah satu pusat perdangangan dan tempat pertama yang disinggahi oleh pedagang-pedagang dari timur tengah, di situ terdapat berbagai kabilah Alawiyin seperti Al-Athtas, Syihabuddin, Syaikh Abi Bakar bin Salim, As-Seggaf, Al-Qadri, Baragbah, Jamalullail, Al-Habsyi dan lain-lain yang tidak terdapat di daerah lain sebelum mereka tersebar ke berbagai daerah di nusantara.
Peranan kaum Alawiyin sangat besar dalam perkembangan islam bahkan ada di antara mereka yang memimpin pemerintahan seperti kerajaan Siak (Riau) yang diperintah oleh keluarga bin Syihabuddin, kerajaan Pasai (Aceh) diperintah oleh keluarga Jamalullail, kerajaan Pontianak diperintah oleh keluarga Al-Qadri, kerajaan Cirebon yang diperintah oleh Sunan Gunung Jati dan lain-lain. Bahkan ada di antara golongan Alawiyin yang menjadi pahlawan memimpin peperangan melawan penjajah seperti Tuanku Imam Bonjol yang bernama Muhammad Syihab, walaupun beliau bukan yang merupakan tempat kelahiran beliau sehingga melupakan silsilah asli beliau sebagai keturunan Hadramaut.
Kesimpulannya bahwa da'i-da'i yang menyebarkan islam di Indonesia kebanyakan dari mereka adalah dari Arab golongan Alawiyin, mereka datang ke Indonesia setelah melewati India bahkan sempat menetap di sana kemudian pindah ke nusantara Indonesia.
Menurut Thomas Arnold bahwa kedatangan islam bukanlah seperti halnya Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia tidak dengan pedang dan merebut kekuasaan politik, islam masuk ke nusantara dengan benar-benar menunjukan rahmatan lil alamin.

Senin, 04 Januari 2010

do'a bulan zuhijjah

دعاء عشر ذي الحجة يقرأ في اليوم عشر مرات خلال أيام العشر وهو :

لا إله إلا الله عدد الليالي والدهور
لا إله إلا الله عدد الأيام والشهور

لا إله إلا الله عدد أمواج البحور
لا إله إلا الله عدد أضعاف الأجور

لا إله إلا الله عدد قطر المطر
لا إله إلا الله عدد أوراق الشجر

لا إله إلا الله عدد الشعر والوبر
لا إله إلا الله عدد الرمل والحجر

لا إله إلا الله عدد الزهر والثمر
لا إله إلا الله عدد أنفاس البشر

لا إله إلا الله عدد ذنوبنا حتى تغفر
لا إله إلا الله عدد لمح العيون

لا إله إلا الله عدد ما كان وما يكون
لا إله إلا الله تعالى عما يشركون

لا إله إلا الله خير مما يجمعون
لا إله إلا الله في الليل إذا عسعس

لا إله إلا الله في الصبح إذا تنفس
لا إله إلا الله عدد الرياح في البراري والصخور

لا إله إلا الله من يومنا هذا إلى يوم ينفخ في الصور
لا إله إلا الله عدد خلقه أجمعين

لا إله إلا الله من يومنا هذا إلى يوم الدين

لا إله إلا الله وحده لا شريك الله له الملك وله الحمد وهو هو على كل شيئ قدير
وتقرأ بعده هذه الصلوات عشر مرات أيضا :
اللهم صل على سيدنا محمد ما اتصلت العيون بالنظر , تزخرفت الأرضون بالمطر , وحج حاجّ واعتمر , ولبّى وحلق ونحر , وطاف بالبيت العتيق وقبّل الحجر , وعلى آله وصحبه وسلم

الكاتب : محمد نورالدين بن نوراني البنجري
الطالب من كلية الشريعة بجامعة الأحقاف
عيديد , تريم , حضرموت , يمن

sunah ziarah

Sunnah Ziarah
Oleh : M. Nuruddin (Aidin) Al-Banjary
قال رسول الله  : كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَن زِيَارَةِ القُبُورِ, أَلاَ فَزُورُوها فَإِنَّها تُذَكِّرُكُمُ الآخرةَ. ( رواه مسلم )
Sabda Nabi SAW. : Dulu aku melarang kalian ziarah kubur, sekarang ziarahlah kalian…. Karena ziarah kubur itu mengingatkan kamu pada akhirat. (HR. Muslim)
و قال  أيضًا : أَكْثِرُوا مِن ذِكْرِ الْمَوْتِ فَإِنَّهُ يُمَحِّصُ الذنُوبَ ويُزَهِّدُ في الدُّنْيا.....
Sabda Nabi SAW. Lagi : Perbanyaklah mengingat kematian karena yang demikian itu dapat membersihkan diri dari dosa dan menjauhkannya dari kesenangan duniawi.
Bahwasanya maut itu suatu perkara ghaib yang senantiasa menghadang, maka kewajiban bagi kita adalah mempersiapkan segala sesuatuanya untuk menghadapi maut kapanpun dia datang. Karena orang yang ingat mati itu dirinya tidak akan tenang, sehingga menimbulakna himmah yang kuat untuk berbuat taat pada Allah.
Penyair berkata :
لا طِيْبَ للعَيْشِ مادامَتِ مُنَغَّّصَة # لَذَّاتُه بِادِّكارِ الْمَوْتِ وَالْهَرَمِ
Seorang manusia tidak akan merasa senang dengan kehidupan dunia, selama ia meningat-ingat kehidupan sesudahnya dan selama ia tidak akan lupa bahwa ia akan menghadapi kematian yang pasti terjadi.
Di antara yang disunnahkan oleh agama adalah ziarah kubur, karena mengandung beberapa peringatan dan gambaran tentang keadaan setelah mati. Oleh sebab itulah, kebanyakan dari ulama-ulama sufi malazimi ziarah, bahkan dari mereka itu ada yang tiap hari pergi ke Turbah. Kata Habib Muhammad bin Ali Al-Khirid : "Ada dari sebagian orang bukanlah termasuk orang yang ahli ibadah atau punya amalan yang banyak sehingga mendapat martabat yang tinggi dan sempurna, akan tetapi dia mendapat martabat tersebut dengan memperbanyak ziarah ke turbah Zanbal Tarim".
Alangkah bagusnya bagi kita penuntut ilmu yang ada di Tarim ini untuk dapat meluangkan waktunya berziarah ke makam para wali yang ada di sini, khususnya Zanbal. Dikatakan dalam kitab Qurrotul 'Ain wa Jalaurroin, karya Habib Muhammad bin Zein bin Smith : "Ada tiga turbah yang penghuninya nanti dibangkitkan pada hari kiamat ke surga, yakni turbah Tarim, turbah Syibam, dan turbah Hajrain-Dou'an". Seseorang akan mendapatkan berkah dalam ziarah sesuai dengan niat dan tingkatan husnudzhon-nya terhadap yang ia ziarahi, di samping itu juga, ia harus memelihara adab dalam ziarah sebagaimana sering dikatakan oleh ulama salaf :
الْمَدَدُ فِي الْمَشْهَدِ وَحُسْنِ الظَّنِّ
Dan seperti kata penyair :
"عَلى قَدْرِ أَهْلِ العَزْمِ تَأْتِي العَزَائِمُ # وَتَأْتِي عَلى قَدْرِ الكِرَامِ المَكَارِمُ"
Amal pebuatan yang dilakukan manusia dan kemuliaan yang didapatkannya, semua itu menurut kadar himmah dan harapan mereka itu sendiri.
% % %

 Fadhilah Ziarah :
Habib Ali Masyhur bin Muhammad bin Hafidh berkata : "Barang siapa ziarah ke makam nabi atau wali berarti ia dapat undangan dari nabi atau wali tersebut, kalau tidak ada undangan dia tidak akan datang ziarah". Dan kata beliau lagi : "Sekurang-kurangnya manfaat yang didapatkan dalam ziarah adalah diampuni dosanya". Oleh sebab itulah, mari kita berdoa pada Allah semoga kita diberi kecintaan terhadap para aulia-Nya, sehingga kita dapat meluangkan waktu unyuk menziarahi mereka. Karena kalau tidak didasari dengan rasa cinta terhadap mereka maka kita tidak akan mungkin menziarahinya.
% % %
 Adab Ziarah :
1. Hendaknya dalam keadaan suci, sebagaimana yang dikatakan oleh Habib Alwi bin Abdullah bin Syihabuddin : "Ketahuilah bahwasanya para aulia itu punya sirr. Oleh sebab itu, apabila kamu mau menziarahinya maka hendaklah kamu berwudhu ( dalam keadaan suci) baik ketika menziarahi yang sudah wafat ataupun yang masih hidup.
2. Memakai pakaian yang sopan.
3. Menjaga hati pada waktu ziarah. Habib Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur pernah berkata : "Tanda ziarah orang itu diterima apabila pulang dari ziarah hatinya lebih baik dari sebelumnya, senang terhadap kebaikan dan benci terhadap perkara-perkara jelek, itulah pertanda ziarahnya diterima".
Maka dari itu seyogyanya bagi para peziarah untuk selalu menjaga hati ketika ziarah, karena para aulia itu memandang kepada hati. Sebagaimana yang dikatakan guru kita Habib Ali Masyhur bin Muhammad bin Hafidz, di sela-sela siraman rohani beliau pada hari Jumat pagi di Zanbal, "peliharalah hati ketika berada di sisi wali karena mereka memandang kepada hati bukan memandang kepada dzahir".
Perhatian bagi para peziarah, terutama para pelajar, sebagaimana yang diisyaratkan oleh Habib Muhammad bin Alwi Al-Hasani Al-Maliki dalam kitabnya Mafahim Yajibu Antushohhah, "ketahuilah olehmu bahwa sepantasnya bagi para peziarah untuk tidak mengecup batu nisan atau mengusapnya dengan tangan, yang demikian itu adalah makruh, karena melanggar adab terhadap yang diziarahi. Alasan tabarruk bukan berarti menghilangkan hukum makruhnya. Hal itu merupakan suatu kebodohan dengan apa yang sepantasnya dari adab ziarah. Janganlah tertipu dengan kebanyakan yang dilakukan oleh orang awam. Yang benar adalah apa yang dikatakan dan dipraktekkan oleh ulama, bukan yang demikian. Imam Nawawi berkata : "Barang siapa yang terlintas dalam benak pikirannya atau dalam haatinya, bahwa mengecup atau mengusap kubur itu berkahnya lebih banyak dari yang tidak melakukannya maka orang tersebut termasuk orang yang paling bodoh, karena berkah itu hanya didapat dari sesuatu yang sesuai dengan syariat. Lalu bagaimana kalau perbuatan itu salah dan tidak sesuai dengan syariat, apa ia akan mendapat barakah??.
Walaupun di antara ulama banyak yang berselisih pendapat tentang masalah ini, bagi kita penuntut ilmu hendaknya menjauhi khilaf, dengan tidak melakukan yang dianggap diperselisihkan tadi agar tidak jadi sangkaaan bagi orang awam bahwa apa yang kita lakukan ada nash syariatnya.
Ziarah bukan hanya terbatas pada orang yang sudah wafat saja, akan tetapi bisa juga kepada mereka yang masih hidup atau ziarah ke tempat-tempat yang mana tempat itu sering dikunjungi atau bahkan ditempati oleh wali tersebut, seperti masjid, tempat kholwat, tempat ibadah, dan rumah-rumah mereka. Ulama salaf berkata: "Menziarahi tempat wali itu lebih utama dari pada menziarahi kuburnya".
Kiranya inilah yang dapat saya persemabahkan pada para pembaca sekalian, semoga ada manfaatnya. Dan semoga ziarah saudara diterima. Akhir kalam wa sholallahu 'ala sayyidina Muhammadin wa 'ala alihi wa shohbihi wasallam walhamdulillahi robbil 'alamin.